Tag Archives: jawabarat

Karantina – Finalis Miss Indonesia 2008

KARANTINA OH KARANTINA

Dona & aku

Dona & aku

Tibalah hari itu. Ke 33 finalis telah dibagi kedalam 6 kelompok dengan tujuan untuk memudahkan koordinasi. Setiap kelompok diusahakan terdiri dari finalis dengan asal daerah beragam. Mulai dari daerah atau pulau atau bagian pulau yang diperkirakan tergolong ‘hiruk pikuk’ sampai dengan daerah yang diperkirakan ‘sunyi senyap’. Lalu daerah yang diperkirakan masih ‘rada-rada kurang gaul’ sampai daerah yang diperkirakan ‘kelebihan gaul’, Jakarte misalnya. :). Cukup adil kan? yah setidaknya kita sudah berusaha untuk berbuat adil deh.., dan aku ‘kebagian’ kelompok yang terdiri dari 6 anak, yaitu dari Jawa Tengah – Melia, Jawa Barat – Riesta, Sumatra Selatan – Helya, Kalimantan Tengah – Karin, Kalimantan Selatan – Lytha, dan terakhir dari NTT – Dona Ken.

Katanya tugas bunda-bunda (bunda adalah panggilan untuk ku dan 5 teman lainnya) adalah memegang kunci kamarnya (sebuah suitroom dengan 3 kamar), memastikan keberadaan mereka sesuai dengan jadwal acara dan tepat waktu, memastikan bahwa mereka tidak saltum (salah kostum) dalam tiap acara, dst dst… sambil, pastinya.. diam-diam memberi penilaian. Pokoknya yang pasti-pasti aja lah.. 😉 dan itu sama artinya dengan jam kerja mulai dari pagi hingga malam karena bertanggung jawab atas keberadaan dan keikut sertaan mereka dalam seluruh kegiatan. Alamaaakkk… panjang sekali waktu kerjanyaaa… Tapi ya sudah lah aku masih tetap semangat kok.. Lalu, hmm… seperti apakah bentuk dan susunan tubuh mereka ya ? :). Rasanya aku tidak sabar menanti.

‘Arrival’

Karin, dibawah umur nih kayanya..

Karin, dibawah umur nih kayanya..

Rabu 28 Mei 2008 adalah hari pendaftaran finalis. Mulai pagi hari satu persatu para finalis itu mulai berdatangan. Aku sudah siap dengan selempang identitas asal daerah mereka, khususnya ‘anak-anak’ku. Aku tidak ingat siapa ‘anakku’ yang datang lebih dulu, kalau tidak salah sih Dona dari NTT.. Waah tinggi juga ni anak. Lebih tinggi dari aku. Ya iya laaahhh… persyaratan minimal tingginya harus 165cm.. namanya juga calon miss Indo 🙂

Ada kesan sendiri saat aku mengantar kekamarnya dan berbincang-bincang perkenalan sambil bicara tentang aturan secara umum. Kesan Pertama. Feminin, lembut dan halus, selain itu juga peduli terhadap kebudayaan dan tanah leluhurnya. Buktinya dia rela menenteng-nenteng sekotak besar perangkat pakaian daerah dengan asesoris dari gading dan emas (?) yang katanya sangat berharga itu. Dan satu lagi yang aku ingat. Dia bercerita tentang gunung Kelimutu yang indah dan bisa berubah 3 atau 4 warna (?), tergantung pada jam berapa kita berada disana. Hmm… aku naksir berat sama ceritanya itu. “Sayang aku lupa bawa fotonya”, katanya. Yaaahh… Itu perkenalanku dengan Dona Ken.

Melia, bisa \'gila\' juga

Melia, bisa

Lalu aku pun teringat Helya. Kenapa dia? mm.. mungkin karena aku ingat akan kesalahan dan ke sok tahuan aku saat itu :). Saat briefing, katanya, karena para finalis dilarang kontak dengan siapapun maka mau tak mau para bunda lah yang jadi tumpuan harapan mereka. Tempat mereka bertanya ataupun berkeluh kesah tentang banyak hal. Tapi siapa sangka aku akan ditanyai tentang gaun.. :(. Berdua dengan sang ibu, Helya bertanya masalah gaun, tepatnya Ball Gown. Nah lho.. denger aja baru sekarang ada yang namanya ball gown di dunia ini. Gimana caranya aku njawab coba?? Katanya bolehkah Helya pada saatnya nanti mengenakan ball gown yang tidak panjang hanya sebatas sedikit diatas mata kaki deh. Ehm ehm.. pertanyaan macam mana pula ini? bikin bunda jadi kalang kabut hehe… Untung lah.. temanku si bunda yang satu itu sudah banyak pengetahuan tentang dunia gaun menggauni maka pahamlah aku apa yang dimaksud. Tapi kayanya aku sudah terlanjur salah jawab deh.. Ya sudahlah saat yang dimaksud masih lama kok, dan aku masih jumpa terus dengan Helya bahkan setiap saat selama 17 hari :).

Oh ya, Helya berambut panjang hitam, kalau ga salah ada lesung pipit deh di pipinya. Saat itu dia mengenakan sepatu sendal tidak berhak maksudnya teple lah.. tapi tetep tinggi aja tuh, heran. Maka aku pun harus memberitahukannya bahwa mulai besok dia tidak diperkenankan memakai sepatu or sandal yang tidak berhak, harus ada hak nya, sambil aku bayangkan betapa akan pegalnya kakimu nanti nak..

Yang lainnya yang aku ingat dihari itu adalah Melia dari Jawa Timur. Sesosok makhluk cantik halus dan lembut.. 🙂 siapa sangka dia bisa ‘gila’ juga, kata teman-temanya. Suaranya lembut, wajahnya juga begitu.Tapi logat jawa nya setia juga menempel disela kata-katanya, dan.. secara lembut juga sih.. ngga dar der dor banget hehe.., dan.. tinggi juga.

Lytha, Helya dan Riesta (baju hitam)

Lytha, Helya dan Riesta (baju hitam)

Lalu, karena hari sudah semakin siang dan, aku juga sudah mulai lelah, sementara acara lainnya test kesehatan, ini dan itu untuk persiapan hari esok turut menanti, maka selanjutnya aku mulai kurang konsen deh.. tetapi setiap anak pasti aku antar dan aku ajak bicara. Hmm.. Riesta dari Jabar, tahun lalu sebetulnya dia sudah sampai di tahap karantina juga, tapi apa daya penyakit demam berdarah menyerangnya, maka terpaksa pulanglah dia dengan janji panitia tahun depan diberi kesempatan kembali. Lalu ada Karin yang masih dibawah umur, maksudnya dia adalah peserta termuda, saat itu umurnya cuma tinggal menghitung hari untuk sampai ke angka 17. Dia mewakili Kalteng. Dan terakhir Lyta mewakili Kalsel. Yang aku ingat tentang dia adalah tempat kuliahnya dekat rumahku. Wah buahaya nih.. :).

Finalis lain pun melakukan hal yang sama, dipasangi selempang, diantar ke kamar untuk menaruh barang-barang, perkenalan singkat dan diberi penjelasan singkat secara umum tentang aturan kamar dan selama karantina. Maka demikianlah kesibukan para bunda lainnya. Idem dengan ku.

Segalanya mulai terburu-buru deh.. Maka kesanpun semakin sulit didapat. Tapi hari masih panjang, masih sejuta kegiatan yang harus merek jalani. ‘Means’.. kesan-kesan pertama itu bisa saja salah dan kemudian berubah.. Akhir kata dan singkat kata.. mereka tinggi-tinggi dan cantik-cantik. Kenapa anak jaman sekarang bisa seperti itu ya? beda dengan jaman ku dulu :(.

(lihat juga ‘Angan-angan’, Pembekalan, category: Finalis Miss Indonesia 2008)

Nana